TIDUR DI BULAN PUASA
Pada bulan puasa banyak orang yang meningkatkan tidurnya dengan alasan tidur sebagai ibadah. Bagaimanakah pola tidur Nabi Saw ? Tidur Nabi Saw memiliki pola yang unik, berangkat tidur setelah sholat Isya` dan bangun kira-kira setengah 3 pagi untuk melaksanakan shalat malam. Begitulah pola tidurnya dan hampir tidak pernah tidur siang. Secara kuantitas tidur Nabi sekitar 6 jam dalam sehari semalam. Nabi tidak pernah tidur dalam keadaan perut penuh oleh makanan atau minuman. Beliau tidur diatas `kasur` yang terbuat dari anyaman daun kurma sehingga kalau bangun tidur ada bekas tekanan anyaman di punggungnya. Tempat tidur Nabi tidak terbuat dari tempat yang ditingggikan.
Tidurnya miring ke kanan dengan beralaskan lengan kanannya yang diletakkan dibawah pipi. Tidur miring kekanan ini memberi kesempatan pada lambung untuk dapat bekerja secara optimal. Nabi sangat melarang orang tidur tengkurap. Diduga tidur tengkurap ini ada kaitannya dengan kecenderungan sifatnya menjadi keras. Ada larangan mengenai waktu tidur, Nabi sangat membenci tidur di waktu antara ashar-maghrib dan antara subuh sampai terbitnya matahari. Sebagaimana kita ketahui shalat rawatib ba`da ashar dan ba`da subuh juga dilarang dalam agama. Rupanya masa-masa matahari tenggelam dan terbit adalah suatu misteri yang perlu diteliti secara ilmiah. Para dokter di Eropa akhir-akhir ini sedang giat meneliti penyebab terjadinya degenerasi struktur dan fungsi syaraf yang meliputi dementia prekok (kepikunan dini) dan penyakit Al-zheimer. Diduga kuat kondisi penurunan fungsi syaraf ini berhubungan dengan pola kebiasaan tidur menjelang matahari terbit dan tenggelam. Tidur siang dalam agama dibagi tiga macam : 1). Khulq, yaitu tidurnya musafir karena kelelahan, ini tidurnya Nabi Saw.2) Khurq, yaitu tidur pada waktu dhuha, ini membuang kesempatan mencari rejeki. 3). Humuq, yaitu tidur diwaktu ashar.
Hadist Nabi Saw mengenai tata cara tidur : Dari Barraa` bin `Azib bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu maka hendaklah engkau berwudlu sebagaimana wudlu hendak menunaikan shalat. Kemudian berbaringlah diatas tubuhmu yang sebelah kanan. Kemudian berdoalah : “Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku hadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku kepadaMu, aku perlindungkan tulang belakangku kepadaMu dalam keadaan gembira maupun takut, tiada tempat berlindung dan tiada tempat memohon kelepasan kecuali kepadaMu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada NabiMu yang telah Engkau utus.” Hendaklah engkau jadikan kalimat-kalimat tersebut menjadi perkataanmu yang terakhir. Jika engkau mati pada malam itu maka matimu dalam keadaan fitrah. (HR Bukhari Muslim).
Ketika bangun tidur kita disunahkan membaca Hamdallah. Diduga bacaan Hamdallah ini secara psikis dapat memberikan dampak legawa bahwa tidurnya sudah cukup tidak perlu menambah lagi. Ini sangat penting bagi penderita insomnia yang selalu merasa tidak bisa tidur atau tidurnya terlalu sedikit padahal secara kuantitas tidurnya sudah lebih dari cukup. Nah, seperti apakah tidur kita?
